Kamis, 09 Januari 2014

Keluarga Bahagia, Harmonis dan Sejahtera

Kunci Sukses Membina Rumah Tangga

Cantiknya Istriku (versi P. Joko)
Bu Hesti dan putrinya (Nana) sedang IN WALK FHASION
Agama Islam menaruh perhatian khusus untuk memperkuat pondasi keluarga dan telah menetapkan pilar-pilar yang kokoh sehingga tunas kehidupan bisa berkembang dengan subur di tengah kasih sayang dalam rumah tangga.

Memperkuat pondasi keluarga merupakan sebuah keniscayaan dalam Islam, sebab ketahanan keluarga akan mendorong penguatan masyarakat Islam. Menebarkan kasih sayang adalah salah satu faktor penguatan pondasi rumah tangga. Struktur keluarga dalam Islam harus dibangun atas landasan kasih sayang dan hubungan harmonis. Di antara seluruh anggota keluarga, cinta dan kasih sayang harus mendominasi, sebab kasih sayang memiliki pengaruh besar membentuk kepribadian individu, khususnya anak-anak. 
    Dalam ilmu psikologi modern disebutkan bahwa anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang, akan terhindari dari sifat-sifat  dengki dan egois. Demikian juga motivasi terpenting dalam menciptakan dan memperkuat pondasi rumah tangga adalah munculnya ruang yang penuh cinta dan kehangatan di antara suami-istri. 
    Di antara faktor lain untuk memperkuat pondasi keluarga adalah menjauhi perkataan-perkataan buruk dan ucapan yang tidak pantas dalam menjalin komunikasi suami-istri. Jelas bahwa perkataan yang buruk akan melahirkan kedengkian dan permusuhan di antara keduanya dan hal ini akan menyebabkan keretakan hubungan rumah tangga. Seorang suami tidak boleh menghina istrinya dan memanggilnya dengan kata kata yang tidak pantas. Sebaliknya, istri juga harus menghargai kerja keras suami sehingga tercipta keharmonisan di tengah keluarga. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Setiap perempuan yang berkata kepada suaminya bahwa ‘aku tidak melihat kebaikan darimu,' maka Tuhan 
Keluarga Pak Joko sedang foto bareng manten
akan menghapus amal kebaikannya."
    Pada dasarnya, agama Islam menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga dan juga ingin memperluas kasih sayang di antara para anggotanya. Tanpa ragu bahwa komunikasi yang baik dan santun antara suami-istri akan mendorong penguatan interaksi mereka dan penyebaran keutamaan dan akhlak di tengah anak-anak.
    Faktor lain yang akan memperkuat pondasi keluarga adalah sifat pemaaf dan kelembutan, yang harus ada dalam interaksi suami-istri. Jika salah satu dari mereka melakukan perbuatan buruk atau mengeluarkan kata kotor, maka pihak lain harus memberi maaf dan tidak boleh dendam. Rasulullah Saw bersabda, "Setiap suami yang bersabar atas sikap buruk istrinya dan memohon pahala dari Tuhan sebagai gantinya, maka Dia akan memberikan pahala dan balasan orang-orang yang bersyukur."  Jelas bahwa keluarga adalah bukan medan tempur, di mana setiap perbuatan dan perkataan buruk harus dibalas dengan bentuk yang lebih buruk lagi. Dalam keluarga, sifat pemaaf dan berbesar hati serta tidak dendam justru akan melahirkan kedamaian dan ketenangan. Keluarga tersebut akan hidup dalam kondisi yang penuh dengan perdamaian dan ketentraman.
    Memuliakan istri juga termasuk faktor lain untuk memperkuat pondasi keluarga. Islam sangat menekankan agar suami memuliakan istrinya dan memberi perhatian kepadanya, sebab hal itu akan menambah cinta dan kasih sayang di antara suami-istri. Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Semoga Tuhan merahmati seorang hamba yang memperbaiki hubungan antara dirinya dan istrinya, sebab Tuhan telah memberikan wanita kepada pria dan menjadikan pria sebagai pemimpin dan pengayom bagi wanita." Tentu saja memuliakan istri akan lebih memperkuat pondasi keluarga dan mencegah lahirnya kedengkian dan permusuhan.
Kesetiaan Bu Hesti pada Pak Joko tiada duanya
    Dalam ajaran Islam, keimanan dan ketaatan merupakan salah satu faktor utama dalam memperkuat pondasi keluarga. Dalam Islam, iman memiliki peran penting dalam memperkokoh landasan keluarga, sebab suami-istri yang taat akan menempatkan dirinya dan keluarganya di bawah lindungan Tuhan dan nilai-nilai luhur agama. Berkenaan dengan hal ini, Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 221 berfirman, "Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya."
    Iman memiliki peran penting dalam memperkuat pondasi keluarga. Sebab, suami-istri ingin hidup bersama hingga akhir hayat mereka dan menerima pengaruh dari akidah, pemikiran, tingkah laku, dan akhlak satu sama lain. Selain itu, mendidik anak-anak untuk menjadi seorang mukmin dan berpengaruh di masyarakat, membutuhkan seorang ayah dan ibu yang mukmin dan taat.
Indahnya Pernikahan, Indahnya Ikatan suami istri
    Ketiadaan faktor-faktor penguat pondasi keluarga akan menyebabkan keretakan dan pada akhirnya kehancuran bangunan suci itu. Perceraian antara suami dan istri merupakan sebuah peristiwa mengerikan dan sayangnya fenomena ini menimpa sejumlah keluarga. Menurut pandangan para psikolog, kerugian akibat dari kehancuran rumah tangga tidak hanya berdampak pada suami-istri dan anak-anak, tapi juga berpengaruh pada masyarakat dan generasi-generasi mendatang. Di antara faktor kehancuran keluarga adalah tidak adanya keselarasan pemikiran antara suami dan istri. Dengan kata lain, perbedaan akidah dan pemikiran dapat menciptakan berbagai krisis dan memperlemah hubungan suami-istri hingga berujung pada perceraian.

    Tentu saja masalah ini lahir karena kesalahan dalam memilih pasangan hidup dan tidak saling mengenal satu sama lain. Kebanyakan dari kasus perceraian dan talak disebabkan oleh ketidakserasian pemikiran dan perbedaan akidah.
    Di antara faktor lain yang akan menghancurkan rumah tangga adalah kelalaian terhadap peran dan tugas suami-istri serta sikap tidak bertanggung jawab di antara mereka. Setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab dan peran masing-masing. Sebagai contoh, salah satu dari tugas suami di tengah keluarga adalah memberi nafkah dan mewujudkan kedamaian dan ketentraman untuk istri dan anak-anak. Jika seorang suami tidak memberi nafkah keluarga dengan benar, maka perselisihan antara suami dan istri akan muncul. Ada banyak hadis yang mencela suami seperti itu. Suami yang meninggalkan keluarganya tanpa nafkah dan menyerahkan biaya kehidupan mereka kepada orang lain, maka ia pantas mendapat celaan dan laknat.

    Perselingkuhan merupakan faktor lain yang akan menghancurkan rumah tangga dan keluarga. Para psikolog telah menetapkan sebuah segitiga untuk membentuk keluarga yang kokoh yaitu, kasih sayang, komitmen, dan keintiman. Meningkatnya fenomena perselingkuhan di tengah masyarakat jelas akan merusak segitiga tersebut, sebab hubungan intim di luar rumah akan menjadikan seseorang sebagai makhluk yang hina dan kotor. Dia telah merusak kesucian dan komitmennya dengan pasangannya. Kasih sayang dan cinta juga tidak berarti baginya selain mengejar ambisi pribadi dan memuaskan hawa nafsu.
    Perselingkuhan adalah sebuah pengkhianatan terbesar dalam rumah tangga dan pelanggaran serius terhadap nilai-nilai agama dan moral. Pada masa sekarang, kebanyakan kasus perceraian khususnya di Barat disebabkan oleh perselingkuhan dan pengkhianatan dalam rumah tangga. Pada dasarnya, perbuatan kotor ini merupakan sebuah pukulan mematikan terhadap hubungan kasih sayang suami-istri di tengah keluarga.donesia)

1 komentar:

Silahkan beri komentar, untuk masukan pada kami, terima kasih